Kamis, 18 Mei 2017

Vernier Caliper

JANGKA SORONG

1.      PENGERTIAN JANGKA SORONG
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur yang dilengkapi dengan skala nonius, sehingga tingkat ketelitiannya mencapai 0,02 mm dan ada juga yang ketelitiannya 0,05 mm. Tanpa nonius, jangka sorong mempunyai nst (nilai skala terkecil) skala utama sebesar 1 mm dan batas ukur mencapai 150 mm. Pada nonius jangka sorong biasanya didapatkan 49 skala utama sama dengan 50 bagian skala nonius. Sehingga jarak antara 2 skala nonius yang berdekatan adalah 49/50 = 0,98 mm. Jadi, nst skala nonius sebesar:

Nst = 1 mm – 0,98 mm = 0,02 mm
Atau
Nst = (nst tanpa nonius) = (1 mm) = 0,02 mm
Ket: n = jumlah skala nonius

0,02 mm merupakan nst nonius dan besarnya ketelitian jangka sorong.
Jangka sorong terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan bacaan digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30 cm dan 0,01 untuk yang diatas 30 cm. Secara umum jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terjadi atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan slkala nonius (Verniier) yang terdapat pada rahang geser.

2.      BAGIAN-BAGIAN JANGKA SORONG


1.      Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau Ø batang kayu)
2.      Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, Ø lubang bor, alur dll)
3.      Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen, bor dan lubang alur.
4.      Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
5.      Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.
6.      Patokan pembacaan skala utama (cm)
7.      Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
8.      Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.

3.      JENIS-JENIS JANGKA SORONG
Berdasarkan media pembacaan ukuran, jangka sorong dibagi menjadi 3 jenis :
a)      Jangka sorong biasa, yaitu jangka sorong yang cara pembacaan biasa seperti pada meteran roll.






b)      Jangka sorong analog, yaitu jangka sorong yang pembacaannya menggunakan jarum ukuran analog yang ditempelkan pada bagian muka (dengan stopper).
c)      Jangka sorong digital, yaitu jangka sorong yang pembacaannya menggunakan display digital.

4.      KEGUNAAN JANGKA SORONG ADALAH:
  • untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
  • untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;
  • untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara "menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.
5.      MENGUKUR DENGAN JANGKA SORONG
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong, yaitu:
1.      Sebelum melakukan pengukuran bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukurnya.
2.      Sebelum jangka sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser dengan bebas.
3.      Pastikan angka "0" pada kedua skala bertemu dengan tepat.
4.      Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan pengukuran yang kurang akurat.
5.      Tempatkan jangka sorong tegak lurus dengan benda yang diukur.
6.      Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat, karena akan menyebabkan terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun pada lidah pengukur kedalaman. Jika sudah pas, kencangkan baut pengunci agar rahang tidak bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak ulir dari baut pengunci.
7.      Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong diangkat keluar dengan hati-hati dari benda ukur.
8.      Untuk mencegah salah baca, miringkan skala nonius dampai hampir sejajar dengan bidang pandangan, sehingga akan memudahkan dalam melihat dan menentukan garis skala nonius yang segaris dengan skala utama.
9.      Untuk mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi oleh oli setelah dipakai.

6.      LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN JANGKA SORONG
Berikut adalah langkah - langkah penggunaan jangka sorong dalam pengukuran dimensi benda ukur :
a)      Mengukur diameter luar


Gambar No.01 Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar.
Untuk mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
·         Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).
·         Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
·         Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang.
·         Catatlah hasil pengukuran anda

b)      Mengukur diameter dalam

Gambar No.2 Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter dalam.

Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam sebuah cincin) dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
·         Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
·         Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut.
·         Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur.
·         Catatlah hasil pengukuran anda.

c)      Mengukur kedalaman


Gambar No.3 Jangka sorong digunakan untuk mengukur kedalaman

Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
·         Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
·         Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.
·         Geserlah rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung.
·         Catatlah hasil pengukuran anda.

7.      CARA PEMBACAAN JANGKA SORONG
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat dilakukan dengan langkah :

1). Bacalah skala utama yang berimpit di depan titik nol pada skala nonius (SU).
2). Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama (SN).
3). Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
            Hasil = SU + (SN x nst jangka sorong, mis:0,01 mm)

Pada gambar di atas skala utama (SU) 62 mm. Skala nonius (SN) 4 skala.
Sehingga, didapatkan hasil pengukuran sebesar :
H = SU + (SN x 0,1 mm)
= 62 mm +( 4 . 0,1 mm)
= 62 mm + 0,4 mm
= 62,4 mm




Senin, 08 Mei 2017

Outline The Dwell Angle


Outline
The Dwell Angle





Relationship Between the dwel angle with the breaker contact slot

In conventional ignition systems that still use platinum (breaking point) there is a platinum slit that affects the size of the dwell angle. There are two commonly known angles on the vehicle especially on the ignition system, namely dweel angle and ignition angle. Then what is the understanding of these two angles? Here's an explanation:

Understanding of Ignition Angle
The ignition angle is the cam rotation angle of the distributor from when the platinum begins to open until it begins to open again on the next protrusion of the cam. Which is the angle of ignition is a blue angle.

Understanding the Dwell Angle
The dwell angle is the turning angle of the distributor cam formed at the time the platinum begins to close until it begins to open on the next bulge (red). The dwell angle can also be called the long angle of platinum closing or the length of the primary current flowing. Specifications dwell angle on the 4-cylinder engine is 52 plus minus 6 (toyota kijang). Here is a formula to calculate the dwell angle.


Following the speakers:

Contact The Breaker
Function:
to connect and break the current flowing to the primary coil, in order to occur induced voltage on the secondary coil.


Parts Of The Breaker Contact
1.      Kam distributor
2.      Fixed contact (tungsten)
3.      Contacts off (tungsten)
4.      The contact spring breaker
5.      Arm breaker contact
6.      Screw fastener
7.      An ebonite heel
8.      Cable (from coil)
9.      Setup







Small breaker contact gap
· Small opening angle (b)
· Large Dwel angle (a)
Large dwel angle -> small breaker contact latch

















Large breaker contact gap
* Large opening angle (b)
* Small Dwel corner (a)
Small Dwel angle -> large breaker contact latch



















Great Dwell angle and ignition capability
The ignition capability is determined by the strong primary current.
In order to achieve maximum primary current, a sufficient interruption is required.

Small dwell angle












Short shutdown contact closing time -> Primary current not reaching maximum -> Less ignition capability

•Large dwel angle











Good ignition capability, but the current flows too long * the breaker contacts become hot * the breaker breaks quickly wear out.

Conclusion: The dwel angle is a compromise between the ignition ability and the breaker contact life

Tools and materials:
O Fuller gauge
O Lock T 12 "
O Screwdriver - +
O Dwell tester
O Timing light
Setting the Platina Gap
1) Prepare tools and materials
2) Unscrew the distributor
3) Check for platinum slits, if burnt or hollow, platinum should be replaced
4) Platel slit and block gap block (platinum ebonite): 0.45mm














Installing Timing Light and Reading at Ignition

See flashing strobe lights on the coil / sign on the crankshaft pulley
Stel when ignition by rotating Distributor / Delco






















Dwell Angle Examination

















5) Check the dwell angle with the dwell tester
O dwell angle: 52 ± 2
6) Check the ignition time and set the engine rotation on idle rotation. The Octan selector must be set to the default position
O at ignition: at 750 + 50 rpm, 2K, 3K, 4K series; 8 before TMA
7) Stel when ignition and match the time signs by rotating the body distributor
O when ignition machine series 2K, 3K, 4K: 8 before TMA
8) Check the workings of the governor with the terms;
O the rotor must return shortly after the rotor is rotated clockwise and removed
9) Start the engine and remove the vacuum hose from the distributor. Time marks change according to the engine speed.

CONCLUSION
The dwel angle is the angle of the long platinum contact closing,
And corresponds to the breaker contact slot, Large Dwell angle and ignition capability for the engine to run with this ignition adapter



Perawatan Mobil

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji Syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena  atas berkat rahmat dan hidaya...